Cerpen: Nasihat Kawan

Nasihat Kawan
Oleh: Ahmad Muttaqillah
Malam itu seorang guru bernama Amran melihat kawannya yang sudah berfoto bersama. foto bersama itu berada di suatu tempat di Malang, Jawa tengah. Katakan saja nama kawannya itu adalah Upit Sarimanah, seorang guru bahasa Ingggris di sebuah madrasah di Jakarta.

Bagaiman reaksi Amran setelah melihat foto-foto itu fb. Foto-foto itu adalah suasana pelatihan Training of Traning (TOT) yang diselenggarakan di sebuah pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat). Reaksi yang pertama ia berucap, "Masya Allah luar biasa."

Tak lama setelah itu memberikan tanda lie dan berkomentar, "Mantap." namun tak cukup sampai di situ. Amran merenung lalu berkata dalam benaknya, "Ah, aku ketinggalan daftar, sebabnya tak lain aku lupa."

memang, beberapa waktu alalu di WA grup media guru Amran telah membaca pengumuman bahwa telah dibuka pendaptaran Saisabu. Saisabu adalah singkatan dari satu siswa satu buku. Kini Amran tinggallah harapan suatau saat nanti ia akan ikut pelatihan itu. Namun nasi sudah menjadi burur. Lalu Amran meminta nasihat kepada Azis pada malam itu yang kebetulan sedang bersilaturahim di rumahnya.

Amran   : "Bagaiman menurutmu Zis, aku terlambat mendaftar menjadi seorang trainer untuk siswa."
Azis       : "Ya, salahmu. mengapa tidak daftar/"
Amran   : "Aku lupa, Ziz." (sambil menyesal)
Azis       : "Jadi kamu menyesal, Ran."
Amran   : "Tentu saja menyesal."
Azis       : "Mengapa harus menyesal?"
Amran    : "Jelas, dong Zis, aku menyesal, karena aku tak buru-buru mendaftar. Aku baru ingat ketika sudah terlewat dua hari."
Azis       : "Ada pepatah, Jis, 'sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.' Kamu pasti pernah mendengar pepatah itu."
Amran    : "Ya, aku tahu."
Azis       : "Sudahlah tak usah kau sesali. Biarkan saja peristiwa itu berlalu!"
Amran    : "Kok, begitu nasihatmu padaku!" (agak marah)
Azis        : Sabar, Ran. Aku tahu kau pelupa, apalagi kau banyak kesibukan. Ya, wajarlah..."
Amran    : "Jadi menurutmu aku biasa-biasa saja tak usah punya tekad seperti Mis. Upit itu, ia berlatih sehingga menambah ilmu buat dirinya, sedang aku tertinggal."
Azis       : "Kesadaranmu itu adalah tekad yang baik. Dan justru itu adalah pelajaran buatmu."
Amran   : "Oh...baik Zis., terima kasih nasihatmu itu. Tapi aku minta nasihatmu berikutnya."
Azis       ; "Aku juga sama denganmu jstru aku ingin belajar kepadamu, Ran. Kamu itu sudah banyak menulis dan kamu bercita-cita jadi pelatih yang ingin dilatih seperti Mis. Upit. Begitu, kan?
Amran    : "Betul, Zis."
Azis,      : "Ya, sudah, yang lalu biar saja berlalu kau lanjutkan kegiatanmu menulis. Anggap saja hal itu sudah selesai. Masih banyak perkara yang lain yang harus kau lanjutkan. Suatu saat kau akan menjadi trainer. Dan kau siap-siap dari sekarang. Apakah engkau harus berlatih dulu seperti Mis. Upit atau tidak, hal itu soal waktu, kesempatan, dan takdir. Mungkin banyak orang yang daftar lalu diseleksi pas tidak bisa masuk kategori seperti Mis. Upit. Ya, dia lulus seleksi untuk TOT. Soal lupa itu bisa jadi kelalayan, kesibukan, dan sebagainya. Tapi bukan berarti Anda tak berarti bagi siapa saja. apalagi Anda seorang guru, dosen, dan apa lagi. Sudahlah kau berpikir lebih jauh ke depan. Kesempatan-kesempatan lain masih banyak, selain dari Saisabu. Tapi aku salut padamu kamu masih punya asa. Saya berdoa untukmu kamu akan lebih baik dari apa yang kamu inginkan. Percayalah!"
Amran    : "Terima kasih Azis, kawanku yang baik. Kau seprofesi denganku. Seabagai kawan aku juga berdoa seperti yang kau doakan."

Depok, 30 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis-Jenis kalimat Majemuk Setara

SOAL AKHIR SEMESTER KELAS 4 SD BESERTA KUNCI JAWABAN

Kisi-Kisi Soal Akhir Semester Kelas 4