Tarik Ulur Penanganan Covid-19
Oleh: Ahmad Muttaqillah
Tahun 2020 cukup ramai dengan virus corona yang
berasal dari Wuhan, Cina. Wuhan adalah pandemic awal corona pada November 2019.
Virus itu menyebar ke seluruh negeri. Sampai saat ini virus tersebut menjadi horor
bagi kehidupan manusia. Namun demikian secara berangsur-angsur berita Wuhan
mereda karena virus itu sudah mendunia.
Indonesia sebulan kemudian terjangkit corona. Bermula
pada saat virus merebak, pemerintah Jokowi masih membuka imigran Cina masuk ke
Indonesia, baik sebagai tenaga kerja maupun turis. Sampai 17 Maret 2019 Tenaga
kerja Cina masuk ke Sulawesi. Kementerian Tenaga Kerja melakukan penahanan dan
pemeriksaan dokumen. Ternyata mereka memiliki visa lain bukan sebagai pekerja
sekalipun kedatangan mereka untuk masuk ke Morowali sebagai tenaga kerja.
Luhut Binsar panjaitan terus membela
habis-habisan imigran illegal itu sehingga ada polemik antara kementerian
tenaga kerja dengan Luhut sebgai menteri kemaritiman dan menteri perekonomian.
Kengototan LBP bukan tanpa dasar, tetapi takut kehilangan investasi Cina.
Pengevakuasian sejumlah WNI, khususnya
mahasiswa yang berada di Wuhan. Hal ini juga menjadi polemik. Mereka dikarantina
di kepulauan Natuna. Namun masyarakat setempat banyak yang menolak karena takut
tertular virus corona. Setelah 14 hari dinyatakan sehat mereka dikembalikan ke
keluarganya masing-masing.
Di samping itu ada di antara WNI yang pulang ke
Indonesia dari luar negeri, mereka mengidap virus corona, beberapa di antara
mereka meninggal dunia. Namun tidak smpai di situ Bandara-bandara tetap terbuka
untuk semua orang yang lalu-lalang keluar masuk RI dan macanegara.
Kini
Ribuan kasus Corona merebak di Indonesia. Sementar itu pemerintah belum siap
menangani secara baik. Virus pun terus menyasar. DKI Jakarta di bawah pimpinan
Anis Baswedan siap siaga. Banyak orang yang terpapapar virus ditampung di
Jakarta karena Jakartalah yang paling siap.
Pemerintah pusat menanggap Anis berlebihan
dalam menangani Corona. Mahfud MD, Menteri kesehatan bereaksi negative terhadap
Gubernur DKI. Kesiapan Gubernur DKI mendapat acungan jempul dari rakyat
Indonesia. Pada saat polemik antara pemerintah pusat dan DKI, virus kian
mengganas. Akhirnya pemerintah pusat memuji langkah Anis dengan pemberian
pengharagaan melalui kemnterian dalam Negeri, Tito Karnavian. Mahfud MD dan
kawan-kawan pembuli kini terdiam seribu Bahasa.
Sebab merebaknya virus itu kalangan medis
meminta lockdown wilayah. Demikian pula para pengamat dan ahli-ahli kesehatan,
namun pemerintah pusat menolaknya. Pemerintah pusat menghendaki social
distancing (Jaga jarak antar individu).
Saat ini sebagian pemerintah daerah seperti
Tegal, Papua, dan berbagai tempat sudah melockdown, tidak menuruti keinginan
pemerintah pusat. Untuk Jakarta LBP sedang menggodok kebijakan dengan berbagai
prtimbangan. Ia wakil dari perintah pusat, namun belum ada keputusan apakah
karantina daerah atau yang lainnya.
Sejauh ini Pemda DKI sudah berbuat maksimal
bersama para relawan, untuk upaya pencegahan, dengan penyemprotan wilayah penduduk
perkotaan dan tempat-tempat umum. Himbauan juga disampaikan melalui televise dan
jejaring social serta radio.
Pemerintah pusat belum bergeming mengenai
kebijakan yang dikehendaki masyarakat. Upaya yang dilakukan adalah wacana
gencar pemindahan ibukota, dan memohon bantuan dana kepada masyarakat untuk
mengatasi corona. Kebijakan ini pun menuai polemik baru.
Depok,
31 Maret 2020
Komentar
Posting Komentar