Majas Metafora
Majas Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung, tanpa menggunakan kata penghubung perbandingan seperti seperti, bagaikan, laksana, bak, dan sebagainya. Metafora mengungkapkan sesuatu dengan mengganti kata yang sebenarnya dengan kata lain yang memiliki makna kiasan, sehingga menimbulkan kesan yang lebih indah dan mendalam.
Ciri-ciri majas metafora:
- Perbandingan langsung tanpa kata penghubung
perbandingan.
- Menggunakan kata atau
ungkapan kiasan untuk menggantikan makna sebenarnya.
- Bertujuan menimbulkan efek
imajinatif dan estetis.
Contoh majas metafora:
- Engkau adalah bintang
di hatiku.
→ “Bintang” di sini bukan arti sebenarnya (benda langit), melainkan kiasan untuk orang yang sangat istimewa. - Ia menjadi tulang
punggung keluarga sejak kecil.
→ “Tulang punggung” bukan arti sebenarnya, melainkan kiasan untuk orang yang menjadi penopang kehidupan keluarga. - Hatinya adalah samudra
luas.
→ Maksudnya hatinya lapang dan sabar.
Contoh Puisi dengan Majas Metafora
Pelita
Jiwa
Kau
adalah pelita dalam gelapku,
menyulut harapan saat malam menelan.
Langkahku rapuh, namun kau jadi sayap,
membawaku terbang menembus awan.
Kau bukan
sekadar cahaya,
kau adalah matahari hatiku,
yang hangatnya menyingkirkan beku,
dan sinarnya menuntun arah hidupku.
Majas
metafora yang terdapat dalam puisi:
- pelita dalam gelapku → kiasan untuk seseorang
yang memberi harapan.
- sayap → kiasan untuk kekuatan
atau penopang hidup.
- matahari hatiku → kiasan untuk orang yang
sangat berharga dan memberi kehangatan batin.
Berikut beberapa contoh puisi (atau bait puisi) karya
penyair Indonesia terkenal yang menggunakan majas metafora,
lengkap dengan analisisnya:
1. “Aku”
– Chairil Anwar
Puisi ini sangat ikonis dalam sastra modern Indonesia.
Contoh metafora paling terkenal adalah:
“Aku ini binatang jalang / Dari kumpulannya terbuang…”
Chairil tidak mengatakan seperti binatang jalang, melainkan langsung
menyatakan dirinya adalah binatang jalang—menandakan rasa
keterasingan, keganasan, dan dorongan hidup yang kuat.
Metafora ini tampak eksplisit dan menjadi inti kekuatan ekspresi puisinya.
2. “Hujan
Bulan Juni” – Sapardi Djoko Damono
Dalam puisi ini terdapat metafora yang sangat puitis:
“Jantungku adalah danau / Di mana kenangan berenang perlahan…”
Jantung—organ vital—dibandingkan langsung sebagai danau, menggambarkan
kedalaman hati yang penuh kenangan.
Metafora ini menciptakan suasana yang lembut, mendalam, dan penuh
nostalgia—karakter khas gaya Sapardi.
3. “Lamunan
Aborijin” – Subagyo Sastro Wardoyo
Penggambaran metafora dalam puisi ini memperlihatkan kontras waktu:
“Masa lalu adalah panas terik di padang pasir dan berkelana di zaman mimpi
tak bertepi”
“Masa depan adalah malam yang panjang tanpa setitik cahaya di langit kelam.”
Kedua bait ini membandingkan konsep abstrak seperti masa lalu dan masa depan
dengan gambaran konkret, memperkuat imaji dan estetika bahasa.
4. Ulasan lain: Chairil
Anwar dalam puisi lain
Dalam puisi seperti “Catatan Tahun 1946”, metafora juga digunakan
secara kuat:
“…Kita—anjing diburu—hanya melihat sebagian sandiwara sekarang…”
Menggambarkan manusia sebagai “anjing diburu”, metafora ini menyiratkan rasa
digerogoti, dikejar zaman, atau terjebak dalam situasi tak nyaman.
Ringkasan dalam tabel:
Penyair / Puisi |
Contoh Metafora |
Makna /
Implikasi |
Chairil Anwar – Aku |
Aku adalah binatang jalang |
Eksistensi liar, terasing, penuh gairah hidup |
Sapardi Djoko Damono – Hujan Bulan Juni |
Jantung adalah danau |
Hati yang dalam, luas, penuh kenangan yang terendam |
Subagyo Wardoyo – Lamunan Aborijin |
Masa lalu adalah padang pasir, Masa depan malam panjang |
Abstraksi jadi konkret, membangun imaji kuat |
Chairil Anwar – Catatan Tahun 1946 |
Kita adalah anjing diburu |
Menyiratkan keterbatasan, tekanan, eksistensi yang
tertekan |
Majas metafora
juga sering muncul dalam karya fiksi (cerpen, novel, drama), biasanya
untuk memperindah bahasa, menggambarkan perasaan, atau memperkuat imaji.
Berikut
beberapa contoh majas metafora dalam karya fiksi:
1. Novel Laskar Pelangi (Andrea Hirata)
“Ikal
adalah bintang kelas yang selalu bersinar dengan prestasinya.”
- Metafora: “bintang kelas” → bukan
arti sebenarnya, melainkan kiasan untuk murid paling pintar dan menonjol.
2. Novel Sang Pemimpi (Andrea Hirata)
“Mimpi
adalah jendela dunia.”
- Metafora: “jendela dunia” →
maksudnya mimpi membuka wawasan dan harapan luas, bukan jendela yang
sebenarnya.
3. Cerpen Robohnya Surau Kami (A.A. Navis)
“Kesombongan
adalah api yang membakar hatinya.”
- Metafora: “api” → menggambarkan
kesombongan yang membakar perasaan, bukan api sungguhan.
4. Novel Negeri 5 Menara (Ahmad Fuadi)
“Kesabaran
adalah mata air yang tak pernah kering.”
- Metafora: “mata air” → menggambarkan
kesabaran yang terus-menerus mengalir tanpa habis.
5. Cerpen fiksi rekaan
“Dia
adalah nadi keluarga, tanpa dirinya kehidupan seakan berhenti.”
- Metafora: “nadi keluarga” →
maksudnya orang yang menjadi penopang utama keluarga, bukan nadi tubuh
sebenarnya.
Contoh Paragraf Fiksi
Di tengah
sunyi malam, Rani duduk termenung di beranda rumahnya. Baginya, ayah adalah cahaya
rembulan yang menuntun langkah dalam gelap kehidupan. Sejak kecil hingga
dewasa, setiap nasihat ayah selalu menjadi kompas hati yang menunjukkan
arah kebenaran. Tanpa ayah, ia merasa seperti kapal tanpa nakhoda,
terombang-ambing di lautan tanpa tujuan.
Analisis Majas Metafora
- “Cahaya rembulan” → bukan arti sebenarnya,
melainkan kiasan untuk ayah yang memberi penerangan dan bimbingan hidup.
- “Kompas hati” → bukan kompas sungguhan,
melainkan kiasan untuk nasihat ayah yang menuntun arah hidup.
- “Kapal tanpa nakhoda” → metafora untuk kehidupan
yang kehilangan arah dan bimbingan.
Ketiga
metafora ini memperkuat suasana emosional dalam fiksi, menggambarkan hubungan
anak dan ayah secara puitis dan menyentuh.
Contoh dari Laskar Pelangi (Andrea Hirata)
“Bu Mus
adalah pelita di tengah gelapnya keterbatasan kami. Ia tak pernah lelah
menyalakan semangat, meski sekolah kami nyaris roboh dan buku-buku hanya
segelintir. Senyumnya adalah matahari pagi yang mengusir kabut putus
asa.”
Analisis Majas Metafora
- “Pelita di tengah gelapnya
keterbatasan”
- Pelita bukan arti sebenarnya,
tetapi metafora untuk guru (Bu Mus) yang memberi penerangan dan harapan
dalam keterbatasan murid-muridnya.
- “Matahari pagi”
- Matahari pagi bukan arti sebenarnya,
melainkan metafora untuk senyum Bu Mus yang memberi kehangatan dan semangat
baru.
Andrea
Hirata menggunakan metafora untuk menggambarkan peran guru secara indah,
sehingga pembaca merasakan betapa berharganya sosok Bu Mus dalam kehidupan
anak-anak miskin Belitong.
Komentar
Posting Komentar