Majas Metafora

 Majas Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung, tanpa menggunakan kata penghubung perbandingan seperti seperti, bagaikan, laksana, bak, dan sebagainya. Metafora mengungkapkan sesuatu dengan mengganti kata yang sebenarnya dengan kata lain yang memiliki makna kiasan, sehingga menimbulkan kesan yang lebih indah dan mendalam.


Ciri-ciri majas metafora:

  1. Perbandingan langsung tanpa kata penghubung perbandingan.
  2. Menggunakan kata atau ungkapan kiasan untuk menggantikan makna sebenarnya.
  3. Bertujuan menimbulkan efek imajinatif dan estetis.

Contoh majas metafora:

  1. Engkau adalah bintang di hatiku.
    → “Bintang” di sini bukan arti sebenarnya (benda langit), melainkan kiasan untuk orang yang sangat istimewa.
  2. Ia menjadi tulang punggung keluarga sejak kecil.
    → “Tulang punggung” bukan arti sebenarnya, melainkan kiasan untuk orang yang menjadi penopang kehidupan keluarga.
  3. Hatinya adalah samudra luas.
    → Maksudnya hatinya lapang dan sabar.

Contoh Puisi dengan Majas Metafora

Pelita Jiwa

Kau adalah pelita dalam gelapku,
menyulut harapan saat malam menelan.
Langkahku rapuh, namun kau jadi sayap,
membawaku terbang menembus awan.

Kau bukan sekadar cahaya,
kau adalah matahari hatiku,
yang hangatnya menyingkirkan beku,
dan sinarnya menuntun arah hidupku.

Majas metafora yang terdapat dalam puisi:

  1. pelita dalam gelapku → kiasan untuk seseorang yang memberi harapan.
  2. sayap → kiasan untuk kekuatan atau penopang hidup.
  3. matahari hatiku → kiasan untuk orang yang sangat berharga dan memberi kehangatan batin.

Berikut beberapa contoh puisi (atau bait puisi) karya penyair Indonesia terkenal yang menggunakan majas metafora, lengkap dengan analisisnya:

1. “Aku” – Chairil Anwar

Puisi ini sangat ikonis dalam sastra modern Indonesia.
Contoh metafora paling terkenal adalah:

“Aku ini binatang jalang / Dari kumpulannya terbuang…”
Chairil tidak mengatakan seperti binatang jalang, melainkan langsung menyatakan dirinya adalah binatang jalang—menandakan rasa keterasingan, keganasan, dan dorongan hidup yang kuat.

Metafora ini tampak eksplisit dan menjadi inti kekuatan ekspresi puisinya.

2. “Hujan Bulan Juni” – Sapardi Djoko Damono

Dalam puisi ini terdapat metafora yang sangat puitis:

“Jantungku adalah danau / Di mana kenangan berenang perlahan…”
Jantung—organ vital—dibandingkan langsung sebagai danau, menggambarkan kedalaman hati yang penuh kenangan.

Metafora ini menciptakan suasana yang lembut, mendalam, dan penuh nostalgia—karakter khas gaya Sapardi.

3. “Lamunan Aborijin” – Subagyo Sastro Wardoyo

Penggambaran metafora dalam puisi ini memperlihatkan kontras waktu:

“Masa lalu adalah panas terik di padang pasir dan berkelana di zaman mimpi tak bertepi”
“Masa depan adalah malam yang panjang tanpa setitik cahaya di langit kelam.”
Kedua bait ini membandingkan konsep abstrak seperti masa lalu dan masa depan dengan gambaran konkret, memperkuat imaji dan estetika bahasa.

 

4. Ulasan lain: Chairil Anwar dalam puisi lain

Dalam puisi seperti “Catatan Tahun 1946”, metafora juga digunakan secara kuat:

“…Kita—anjing diburu—hanya melihat sebagian sandiwara sekarang…”
Menggambarkan manusia sebagai “anjing diburu”, metafora ini menyiratkan rasa digerogoti, dikejar zaman, atau terjebak dalam situasi tak nyaman.

Ringkasan dalam tabel:

Penyair / Puisi

Contoh Metafora

Makna / Implikasi

Chairil Anwar – Aku

Aku adalah binatang jalang

Eksistensi liar, terasing, penuh gairah hidup

Sapardi Djoko Damono – Hujan Bulan Juni

Jantung adalah danau

Hati yang dalam, luas, penuh kenangan yang terendam

Subagyo Wardoyo – Lamunan Aborijin

Masa lalu adalah padang pasir, Masa depan malam panjang

Abstraksi jadi konkret, membangun imaji kuat

Chairil Anwar – Catatan Tahun 1946

Kita adalah anjing diburu

Menyiratkan keterbatasan, tekanan, eksistensi yang tertekan

 

Majas metafora juga sering muncul dalam karya fiksi (cerpen, novel, drama), biasanya untuk memperindah bahasa, menggambarkan perasaan, atau memperkuat imaji.

Berikut beberapa contoh majas metafora dalam karya fiksi:

1. Novel Laskar Pelangi (Andrea Hirata)

“Ikal adalah bintang kelas yang selalu bersinar dengan prestasinya.”

  • Metafora: “bintang kelas” → bukan arti sebenarnya, melainkan kiasan untuk murid paling pintar dan menonjol.

2. Novel Sang Pemimpi (Andrea Hirata)

“Mimpi adalah jendela dunia.”

  • Metafora: “jendela dunia” → maksudnya mimpi membuka wawasan dan harapan luas, bukan jendela yang sebenarnya.

3. Cerpen Robohnya Surau Kami (A.A. Navis)

“Kesombongan adalah api yang membakar hatinya.”

  • Metafora: “api” → menggambarkan kesombongan yang membakar perasaan, bukan api sungguhan.

4. Novel Negeri 5 Menara (Ahmad Fuadi)

“Kesabaran adalah mata air yang tak pernah kering.”

  • Metafora: “mata air” → menggambarkan kesabaran yang terus-menerus mengalir tanpa habis.

5. Cerpen fiksi rekaan

“Dia adalah nadi keluarga, tanpa dirinya kehidupan seakan berhenti.”

  • Metafora: “nadi keluarga” → maksudnya orang yang menjadi penopang utama keluarga, bukan nadi tubuh sebenarnya.

 

Contoh Paragraf Fiksi

Di tengah sunyi malam, Rani duduk termenung di beranda rumahnya. Baginya, ayah adalah cahaya rembulan yang menuntun langkah dalam gelap kehidupan. Sejak kecil hingga dewasa, setiap nasihat ayah selalu menjadi kompas hati yang menunjukkan arah kebenaran. Tanpa ayah, ia merasa seperti kapal tanpa nakhoda, terombang-ambing di lautan tanpa tujuan.

Analisis Majas Metafora

  1. “Cahaya rembulan” → bukan arti sebenarnya, melainkan kiasan untuk ayah yang memberi penerangan dan bimbingan hidup.
  2. “Kompas hati” → bukan kompas sungguhan, melainkan kiasan untuk nasihat ayah yang menuntun arah hidup.
  3. “Kapal tanpa nakhoda” → metafora untuk kehidupan yang kehilangan arah dan bimbingan.

Ketiga metafora ini memperkuat suasana emosional dalam fiksi, menggambarkan hubungan anak dan ayah secara puitis dan menyentuh.

Contoh dari Laskar Pelangi (Andrea Hirata)

“Bu Mus adalah pelita di tengah gelapnya keterbatasan kami. Ia tak pernah lelah menyalakan semangat, meski sekolah kami nyaris roboh dan buku-buku hanya segelintir. Senyumnya adalah matahari pagi yang mengusir kabut putus asa.”

Analisis Majas Metafora

  1. “Pelita di tengah gelapnya keterbatasan”
    • Pelita bukan arti sebenarnya, tetapi metafora untuk guru (Bu Mus) yang memberi penerangan dan harapan dalam keterbatasan murid-muridnya.
  2. “Matahari pagi”
    • Matahari pagi bukan arti sebenarnya, melainkan metafora untuk senyum Bu Mus yang memberi kehangatan dan semangat baru.

Andrea Hirata menggunakan metafora untuk menggambarkan peran guru secara indah, sehingga pembaca merasakan betapa berharganya sosok Bu Mus dalam kehidupan anak-anak miskin Belitong.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL AKHIR SEMESTER KELAS 4 SD BESERTA KUNCI JAWABAN

Jenis-Jenis kalimat Majemuk Setara

Kisi-Kisi Soal Akhir Semester Kelas 4